Posted by : Unknown
Desember 31, 2013
Asia emang tempat tumbuhnya aplikasi chatting, dan pertumbuhannya akan
lebih pesat dengan meningkatnya angka pengguna smartphone dan tablet di
benua ini. Aplikasi chatting besar bersaing dalam hal jumlah pengguna
dan fitur dan udah banyak melakukannya dalam waktu dua tahun ini.
Untuk KakaoTalk, membangun sebuah startup menjadi sebuah aplikasi chatting Raksasa dengan lebih dari 100 juta pengguna melibatkan banyak pengalaman dan kesulitan. Di Startup Asia Jakarta 2013, co-CEO KakaoTalk, Sirgoo Lee, memberitahukan faktor yang membuat KakaoTalk sukses di Asia.
Berikut adalah empat hal yang menurut Lee membuat KakaoTalk tumbuh menjadi seperti sekarang ini.
1. Belajar dari kegagalan
Kesempatan untuk sukses di percobaan pertama sangatlah kecil, dan itu benar. 400.000 dari total 600.000 aplikasi di Google Play yang tidak pernah di-download sama sekali. Tapi, startup harus menerima kegagalan tersebut, belajar, dan terus maju.
Kakao melakukan itu. Di tiga tahun awalnya, mereka belajar banyak hal dari kegagalan sampai akhirnya sukses.
Dari pengalaman tiga tahun tersebut, Kakao mempelajari bahwa perusahaan harus cepat. Ketika ada kesempatan untuk meluncurkan, langsung luncurkan. Jangan menunda dan membuang waktu menyimpan sebuah produk hanya karena ingin membuatnya benar-benar sempurna. Karena, untuk bisa menyempurnakan produk, perusahaan harus menanyakannya langsung kepada pengguna. Dan itulah hal kedua yang dipelajari Kakao dari berbagai kegagalannya.
2. Teknisi software berbakat
KakaoTalk punya banyak pesaing karena layanan aplikasi chatting cukup mudah dibuat. Dan tiap aplikasi mencoba meningkatkan kualitas dengan membuat beberapa fitur tambahan. Beberapa aplikasi tidak bisa melakukannya, tapi KakaoTalk bisa karena mempunyai programmer yang berbakat.
3. Budaya yang terbuka
Budaya Amerika terbuka, sehingga startup di sana bisa tumbuh dengan cepat. Tapi Asia berbeda. Korea sendiri punya budaya hierarki yang kuat. Seorang pegawai biasa tidak bisa begitu saja berbicara kepada manager, dan itu membuat komunikasi dalam perusahaan menjadi sulit.
Kakao berbeda. Di kantor Kakao, tiap pegawainya menggunakan nama dalam bahasa Inggris untuk mengatasi masalah tersebut. Lee sendiri dipanggil Dino di kantor (mungkin gara-gara badannya gede kali wkwk >.<).
Kakao juga punya sistem internal yang dijadikan tempat untuk berkomunikasi, dimana teknisi bisa melihat apa yang dilakukan oleh para desainer, dan memberikan komentar (bayangkan saja Facebook khusus Kakao yang terdiri dari berbagai grup yang bebas diakses siapa saja). Semua orang tahu apa yang dilakukan divisi lain. Ini dilakukan karena Lee yakin bahwa komunikasi adalah hal yang penting dalam sebuah tim.
4. Loyalitas pengguna yang kuat
Pengguna KakaoTalk adalah pengguna yang setia, dan kesetiaan itu diungkapkan dengan banyaknya rekomendasi proyek dan komentar yang diberikan kepada KakaoTalk dari pengguna, dan KakaoTalk berusaha menerapkan saran mereka tersebut.
Mereka bahkan pernah diprotes oleh perusahaan telekomunikasi ketika mereka hendak membuat fitur free call. Tapi, para pengguna mereka membela mereka agar fitur free call tersebut bisa tersedia di KakaoTalk.
Setelah berkembang dan punya 120 juta pengguna, Kakao sekarang mencoba berubah menjadi platform sosial mobile, karena tiap pengguna ingin saling membagikan apa yang mereka punya kepada teman mereka. Dan menanggapi itu, Kakao membuat fitur lain seperti game dan KakaoStory.
(source : berselancar di google)
author : Belia Rizky Lazuardi
Untuk KakaoTalk, membangun sebuah startup menjadi sebuah aplikasi chatting Raksasa dengan lebih dari 100 juta pengguna melibatkan banyak pengalaman dan kesulitan. Di Startup Asia Jakarta 2013, co-CEO KakaoTalk, Sirgoo Lee, memberitahukan faktor yang membuat KakaoTalk sukses di Asia.
Berikut adalah empat hal yang menurut Lee membuat KakaoTalk tumbuh menjadi seperti sekarang ini.
1. Belajar dari kegagalan
Kesempatan untuk sukses di percobaan pertama sangatlah kecil, dan itu benar. 400.000 dari total 600.000 aplikasi di Google Play yang tidak pernah di-download sama sekali. Tapi, startup harus menerima kegagalan tersebut, belajar, dan terus maju.
Kakao melakukan itu. Di tiga tahun awalnya, mereka belajar banyak hal dari kegagalan sampai akhirnya sukses.
Dari pengalaman tiga tahun tersebut, Kakao mempelajari bahwa perusahaan harus cepat. Ketika ada kesempatan untuk meluncurkan, langsung luncurkan. Jangan menunda dan membuang waktu menyimpan sebuah produk hanya karena ingin membuatnya benar-benar sempurna. Karena, untuk bisa menyempurnakan produk, perusahaan harus menanyakannya langsung kepada pengguna. Dan itulah hal kedua yang dipelajari Kakao dari berbagai kegagalannya.
2. Teknisi software berbakat
KakaoTalk punya banyak pesaing karena layanan aplikasi chatting cukup mudah dibuat. Dan tiap aplikasi mencoba meningkatkan kualitas dengan membuat beberapa fitur tambahan. Beberapa aplikasi tidak bisa melakukannya, tapi KakaoTalk bisa karena mempunyai programmer yang berbakat.
3. Budaya yang terbuka
Budaya Amerika terbuka, sehingga startup di sana bisa tumbuh dengan cepat. Tapi Asia berbeda. Korea sendiri punya budaya hierarki yang kuat. Seorang pegawai biasa tidak bisa begitu saja berbicara kepada manager, dan itu membuat komunikasi dalam perusahaan menjadi sulit.
Kakao berbeda. Di kantor Kakao, tiap pegawainya menggunakan nama dalam bahasa Inggris untuk mengatasi masalah tersebut. Lee sendiri dipanggil Dino di kantor (mungkin gara-gara badannya gede kali wkwk >.<).
Kakao juga punya sistem internal yang dijadikan tempat untuk berkomunikasi, dimana teknisi bisa melihat apa yang dilakukan oleh para desainer, dan memberikan komentar (bayangkan saja Facebook khusus Kakao yang terdiri dari berbagai grup yang bebas diakses siapa saja). Semua orang tahu apa yang dilakukan divisi lain. Ini dilakukan karena Lee yakin bahwa komunikasi adalah hal yang penting dalam sebuah tim.
4. Loyalitas pengguna yang kuat
Pengguna KakaoTalk adalah pengguna yang setia, dan kesetiaan itu diungkapkan dengan banyaknya rekomendasi proyek dan komentar yang diberikan kepada KakaoTalk dari pengguna, dan KakaoTalk berusaha menerapkan saran mereka tersebut.
Mereka bahkan pernah diprotes oleh perusahaan telekomunikasi ketika mereka hendak membuat fitur free call. Tapi, para pengguna mereka membela mereka agar fitur free call tersebut bisa tersedia di KakaoTalk.
Setelah berkembang dan punya 120 juta pengguna, Kakao sekarang mencoba berubah menjadi platform sosial mobile, karena tiap pengguna ingin saling membagikan apa yang mereka punya kepada teman mereka. Dan menanggapi itu, Kakao membuat fitur lain seperti game dan KakaoStory.
(source : berselancar di google)
author : Belia Rizky Lazuardi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar